Pidato Sukarno

Sabtu, 29 Agustus 2009

Berangkat dari Pulau Kei Kecil

BERANGKAT DARI PULAU KEI KECIL

Aku berdiri tegap dengan baju doreng tanpa tanda pangkat tepat jam 12 malam tanggal 2 Mei 1962 di lapangan udara sebuah pulau bernama pulai Kei Kecil yang terletak di sebelah barat pulau Irian Jaya. Di depan ku persis berdiri seorang Mayor Suharto memberi hormat kepadaku dengan berlinang air mata. Kubalas hormatnya dengan sigap. Kulangkahkan kakiku satu langkah tegap ke depan tepat di depan mayor yang gagah itu. “Saya siaaaap menjalankan tugas mayor,”begitu teriakku. Mengapa Mayor Suharto menangis? Apa medan yang akan kami tempuh begitu membahayakan? Apa kami ibarat pasukan semut akan melawan pasukan gajah? Banyak sekali pertanyaan yang mengisi otakku. Yang ada dalam pikiranku hanyalah segera ketemu belanda dan kubunuh! Ya, kubunuh dan kubunuh! Tak sedetikpun lengah, kecepatan menarik pelatuk sesuai sasaran yang menjadi andalanku. Mayor Jenderal Suharto menghampiriku dan membopongku naik kedalam pesawat. Seorang prajurit satu (pratu) dibopong oleh seorang Mayor Jenderal , suatu penghargaan yang sangat luar luar biasa dalam perjalanan hidupku. Aku merasa tersanjung dan diandalkan untuk memenangkan pertempuran. Meskipun nyawa taruhannya aku takkan gentar. Jangankan 10 orang, 100 atau bahkan 1900 orang belandapun akan aku lumat dan hancurkan, begitu tekadku. Mayor Jenderal Suharto memang piawai memompa semangat anak buahnya, semua pasukan yang berjumlah kurang lebih 900 orang dibopong satu per satu masuk kedalam pesawat Hercules yang akan diterbangkan menuju pulau Irian Jaya yang maha ganas.
Pesawat Hercules terbang rendah menuju pulau yang dipenuhi hutan lebat itu dengan semangat berani mati. Hanya satu tekad bulat kami, enyah, enyahlah kau Belanda dari ibu pertiwi. Ibu Pertiwi yang baru saja lepas memerdekakan diri tanggal 17 agustus 1945 dari belenggu penjajah. Untuk menggugah jiwa kami agar tidak gentar, kami menyanyikan lagu Bagimu Negeri . Padamu negeri, kami berjanji, padamu negeri kami mengabdi, padamu negeri kami berbakt,i bagimu negeri jiwa raga kami. Kami, satu per satu diterjunkan dengan payung parasut buatan Rusia yang berbentuk bulat.(Dikisahkan sendiri oleh Suwaldi ditulis oleh Sudarmanto).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar